PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA
DI SMK IT
(ISLAM TERPADU) MA’ARIF NU
KARANGLEWAS
BANYUMAS
TAHUN PELAJARAN
2013/2014
SKRIPSI
Diajukan kepada
Jurusan Tarbiyah dan Keguruan STAIN Purwokerto untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh:
ZIAN FEBRIANA
NIM. 102331130
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2014
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya :
Nama : Zian Febriana
NIM : 102331130
Jenjang : S-I
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan
bahwa Naskah Skripai ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Purwokerto,
Juni 2014
Saya
yang menyatakan
Zian
Febriana
10233110
PENGESAHAN
Skripsi berjudul
PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA DI SMK IT (ISLAM TERPADU) MA’ARIF NU KARANGLEWAS BANYUMAS TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
Yang disusun oleh Saudara Zian
Febriana Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto
telah diujikan pada tanggal 21
Juli 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam oleh Sidang Dewan Penguji Skripsi
Ketua Sidang Sekretaris
Sidang
Drs.
Amat Nuri, M.Pd.I Maria
Ulpah, S,Si.,M.Si.
NIP.
19630707 199203 1 007 NIP.
19801115 200501 2 004
Pembimbing/Penguji
Khoirul Amru H, M.H.I
NIP. 19760705 200501 1 002
Penguji I
Penguji II
Maria Ulpah, S,Si.,M.Si. Muh.
Hanif, S.Ag.,M.Ag.,M.A.
NIP. 19801115 200501 2 004 NIP.19730605
200801 1 017
Purwokerto, 21
Juli 2014
Ketua STAIN Purwokerto,
Dr. A. Luthfi Hamidi, M.Ag.
NIP. 19670815 199203 1 00
NOTA DINAS PEMBIMBING
Kepada Yth.
Ketua STAIN Purwokerto
Di
Purwokerto
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, telaah,
arahan, dan koreksi terhadap penulisan skripsi dari Zian Febriana, NIM: 102331130
yang berjudul:
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMK IT
(ISLAM TERPADU MA’ARIF NU KARANGLEWAS BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Saya berpendapat bahwa skripsi
tersebut sudah dapat diajukan kepada Ketua STAIN Purwokerto untuk diujikan
dalam rangka memperoleh gelar Sarjana dalam Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Purwokerto,
Juni 2014
Pembimbing
H.Khoirul Amru Harahap, M.H.I. NIP. 19760705 200501 1 002
MOTTO
1. “When
wealth is lost, nothing is lost.When health is lost, something is lost.When
character is lost, everything is lost”.By
William Franklin
2. Mimpi
tanpa tindakan adalah khayalan, pikiran dengan perbuatan adalah nyata. By Zian
Febriana
PERSEMBAHAN
Sebagai rasa
syukur dan dalam kesempatan yang berbahagia ini Kupersembahkan skripsi untuk
kedua orangtuaku tercinta: “I hope my mother and my father get well soon and
always be heatlthy”. Amiin J
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur hanyalah bagi
Allah zat yang Maha Rahman dan Maha Rahim terhadap seluruh makhluknya. Dialah
yang menganugerahkan berbagai nikmat dan karunia khususnya bagi penulis,
sehinga dengan hidayah dan inayahnya memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Purwokerto.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada penyelamat umat manusia di dunia, yaitu baginda Nabi besar Muhammad SAW
sebagai insan utama pilihan Allah yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
ke zaman
ilmu pengetahuan dan teknologi seperti pada saat ini.
Setelah sekian lama mengikuti proses
bimbingan, akhirnya proses penyusunan skripsi ini terwujud bukan semata-mata
atas usaha pribadi penulis, melainkan berkat bantuan dan dorongan dari semua
pihak. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, dalam kesempatan
yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang
terdalam kepada:
1. Dr. A. Luthfi Hamidi, M.Ag. Ketua STAIN
Purokwerto
2. Drs. Munjin,
M.Pd.I. Wakil Ketua I STAIN Purwokerto, Pgs. Ketua Jurusan Tarbiyah, dan
sebagai penasehat akademik penulis
3. Drs. Asdlori,
M.Pd.I. Wakil Ketua II STAIN Purwokerto
4. H. Supriyanto, Lc. M.S.I. Wakil Ketua
III STAIN Purwokerto
5. Drs. Amat Nuri, M.Pd.I. Sekretaris
Jurusan Tarbiyah
6. Sumiarti, M.Ag. Ketua
Prodi PAI STAIN Purwokerto
7. H. Khoirul Amru Harahap, Lc. M.H.I. yang
dengan ketulusan dan keikhlasannya berkenan menjadi dosen pembimbing dan telah
meluangkan waktu serta kesabaran beliau yang tidak lelah untuk memberikan
bimbingan, membantu, dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
8. Seluruh dosen STAIN Purwokerto yang
telah mendidik, memberikan pengalaman, dan mendewasakan penulis berbagai
wawasan serta ilmu perguruan yang sangat berguna selama mengikuti studi di
kampus
9. Bapak Kodir selaku kepala SMK IT Ma’arif
NU Karanglewas yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian
10. Seluruh dewan guru dan beserta staf
tenaga kerja SMK IT Ma’arif NU Karanglewas
11. Mama terkasih Masitoh dan Papa tercinta
Mufrodat atas segala limpahan kasih sayang dan cinta tak pernah putus, you’re
the best I ever had, I know your love to me unbreakeable by time, unchangeable
by distance
12. Kakak Ofah Wahyu, adik Tika, dan
Keponakan Apta tersayang yang turut serta memberikan semangat penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
13. Teman-teman PAI 3 angkatan 2010 5’ngatzu
(Mahasiswa yang semangat untuk sukses) we are the rainbow after the rain, kebersamaan kita takkan pernah
terlupakan, dan semua hal tentang kita akan menjadi sebuah kisah klasik untuk
masa depan, sebuah kisah yang akan bercerita betapa hebatnya kita, betapa
indahnya kita, dan betapa uniknya kita.
14. Someone,
somewhere, and somedoing.
Semoga segala amal kebaikan dan
ketulusan yang mereka berikan mendapat berkah dari Allah SWT. Tidak lupa
penulis haturkan maaf yang sebesar-besarnya apabila ada salah baik disengaja
maupun tidak disengaja. Semoga karya ini bermanfaat baik bagi diri penulis sendiri
maupun bagi dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum.
Wr. Wb
Purwokerto, Juni 2014
Zian
Febriana
102331130
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... ........ i
PERNYATAAN KEASLIAN....................................................................... ....... ii
PENGESAHAN.............................................................................................. ...... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING.................................................................... ...... iv
MOTTO........................................................................................................... ....... v
PERSEMBAHAN.......................................................................................... ...... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... ..... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................. ....... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ..... xii
ABSTRAK...................................................................................................... .... xiii
BAB
I : PENDAHULUAN............................................................................ ....... 1
A.
Latar
Belakang Masalah........................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................. 8
C.
Definisi
Operasional.............................................................................. 8
D.
Tujuan
dan Kegunaan .......................................................................... 9
E.
Kajian
Pustaka ................................................................................... 10
F.
Sistematika
Pembahasan..................................................................... 14
BAB II:PEMBENTUKAN KARAKTER................................................... 16
A.
Pengertian
Pembentukan Karakter ..................................................... 16
B.
Tujuan
dan Dasar Pembentukan Karakter ......................................... 20
C.
Tahap-Tahap
Pembentukan Karakter.................................................. 25
D.
Nilai
Pembentuk Karakter .................................................................. 32
E.
Metode
Pembentukan Karakter ......................................................... 36
F.
Usaha-Usaha
Pembentukan Karakter................................................. 41
BAB III:METODE PENELITIAN.................................................................... 45
A.
Jenis
Penelitia ............................................................................... ..... 45
B.
Lokasi
Penelitian ................................................................................ 45
C.
Objek
Penelitian ................................................................................. 47
D.
Subjek
Penelitian ................................................................................ 47
E.
Teknik
Pengumpulan Data ................................................................. 48
F.
Teknik
Analisa Data............................................................................ 50
BAB IV: PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA................................ 51
A. Penyajian Data .................................................................................. 51
1.
Kegiatan
Intrakurikuler sebagai Usaha Pembentukan Karakter..... 56
2.
Kegiatan
Ekstrakurikuler sebagai Usaha Pembentukan Karakter 71
B. Analisa Data ...................................................................................... 78
BAB V: PENUTUP ............................................................................................ 85
A.
Kesimpulan ................................................................................... 85
B.
Saran-Saran ................................................................................... 86
C.
Kata Penutup ................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
.........
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran:
1.
Gambaran Umum SMK IT Ma’arif NU Karanglewas
2.
Pedoman Pengumpulan Data
3.
Field Notes
4.
Foto Gambar Kegiatan SMK IT Ma’arif NU Karanglewas
5.
RPP beberapa mata pelajaran
6.
Absen shalat mata pelajaran PAI
7.
Kartu kendali shalat duhur dan kartu kendali shalat
dhuha
8.
Surat masuk keluar yang berkaitan skripsi
9.
Sertifikat akademik penulis
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMK IT (ISLAM TERPADU) MA’ARIF NU
KARANGLEWAS BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2013/2014
ZIAN FEBRIANA
NIM. 102331130
ABSTRAK
Untuk
membentuk karakter yang tercantum berdasarkan SK KD SMK IT melakukan usaha
pembentukan karakter agar para siswa tetap mempunyai karakter yang baik. Karena
prinsip dalam pembentukan karakter adalah berkelanjutan dari SD, SMP, dan SMK.
Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan pembentukan karakter siswa di SMK IT,
yang mengarah pada usaha-usaha sekolah dalam pembentukan karakter. Fokus
permasalahan yang akan dicari jawabannya lewat penelitian ini adalah “Bagaimana
Pembentukan KarakterSiswa di SMK IT Ma’arif NU Karanglewas
Banyumas Tahun Pelajaran 2013/2014?”.
Karakter dibentuk melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan,
dan kebiasaan. Prinsip pembentukan karakter siswa antara lain: berkelanjutan,
melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, nilai tidak diajarkan tetapi
dikembangkan, proses pembelajaran aktif serta menimbulkan rasa senang.
Dilihat dari lokasinya penelitian ini merupakan
penelitian lapangan. Metode penentuan subjek penelitian menggunakan teknik puposive
sampling, pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan metode analisa kualitatif
dengan cara reduksi data,penyajian data, dan mengambil kesimpulan.
Usaha yang dilakukan dalam pembentukan karakter
siswa antara laian: 1. Integrasi pendidikan karakter ke dalam pembelaajaran.
Terdapat beberapa mata pelajaran sebagai usaha pembentukan karakter antara
lain: PAI, matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan menata produk, 2.
Pengembangan budaya sekolah berbasis karakter dengan kegiatan rutin, spontan,
teladan, dan pengondisian, 3. Usaha pembentukan karekter melalui ekstrakurikuler,
4.Usaha
pembentukan karakter melalui sosialisasi dalam organisasi, 5. Usaha pembentukan
karakter melalui kreativitas siswa, 6. Kartu monitoring sebagai ssaha
pembentukan karakter, 7. Pembentukan karakter melalui peningkatan budaya baca
tulis. Dari berbagai usaha diatas dapat
membentuk nilai karakter pada diri siswa anatara lain: religius, disiplin,
tanggung jawab, gemar membaca, kreatif, tekun, rasa hormat, rasa ingin tahu,
percaya diri, berpikir kritis, menghargai prestasi, gaya hidup sehat, nasionalisme,
dan mandiri.
Kata
kunci:Pembentukan Karakter, Siswa SMK IT Ma’arif
Karanglewas
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Persoalan
karakter senantiasa mewarnai kehidupan manusia dari masa kemasa. Upaya
pembentukan karakter menjadi sangat penting dalam rangka mencapai keharmonisan
hidup. Pendidikan pada umumnya dan pendidikan karakter pada khusunya merupakan
sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena membawa perubahan
individu sampai pada akar-akarnya. Pendidikan akan kembali merobohkan pasir jahiliyah, membersihkan, kemudian
menggantikannya dengan bangunan nilai baru yang lebih baik (Nurul Zuriah, 2008:
6).
Dalam
Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional, dijelaskan bahwa pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitumanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, dan kepribadian yang mantap dan mandiri serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN No 2 tahun 1989) . Hal
demikian sekarang telah diperbaharui dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun
2003 (Sunhaji, 2012: 48).
Selanjutnya
dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2005 dijelaskan bahwa untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional pemerintah menyelenggarakan pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan mempunyai tujuan yang lebih spesifik yaitu untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan peserta didik untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program
kejuruannya, agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta
mengembangkan keahliannya dengan
dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi
dan mampu berkomunikasi dan sesuai dengan tuntunan pekerjaannya, serta memiliki
kemampuan mengembangkan diri (E. Mulyasa, 2010: 62). Dalam pasal tersebut,
secara tersirat dapat disimpulkan bahwa pendidikan nasional berfungsi dan
bertujuan membentuk karakter (watak) peserta didik menjadi insan kamil (manusia sempurna).
Berdasarkan
isi dari tujuan pendidikan nasional menurut Ardhana sebagaimana yang dikutip
Sjarkawi menyatakan bahwa negara Indonesia merupakan suatu negara yang menaruh
perhatian besar pada masalah pendidikan karakter. Kurikulum sekolah mulai dari
tingkat paling rendah hingga paling tinggi, mengalokasikan waktu yang cukup
banyak bagi bidang studi potensial untuk pembinaan karakter atau akhlak yaitu pendidikan
agama (Sjarkawi, 2006: 43).
Namun,
pada kenyataannya kebanyakan dari siswa tidak sesuai dengan harapan
yang diinginkan. Pendidikan agama Islam
yang diyakini mampu meminimalisir dan membendung rusaknya moral anak bangsa, saat ini masih ironi, sebab masih ditemukan
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada dalam dunia pendidikan.
Indonesia sedang dihadapkan pada masalah mentalitas yang terkait dengan masalah
karakter seperti sifat yang meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri
sendiri, tidak berdisiplin murni, dan suka mengabaikan tanggung jawab. (Haedar
Nashir, 2013:4).
Kementrian
Pendidikan Nasional mensinyalir bahwa sumber dari musibah dan bencana yang
telah meluluhkan moralitas bangsa ini adalah terabaikannya pendidikan karakter.
Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan gerakan nasional berupa pendidikan
karakter, dengan adanya pendidikan karakter tersebut diharapkan mampu menjadi
solusi atas rapuhnya karakter bangsa selama ini.
Akar
kata karakter dapat ditemukan dari kata Latin karakter, kharassein, dan kharax,
yang maknanya “tools for making”
(Muhammad Badiran, 2011:152). Selain itu, ditemukan kata karakter berasal dari
bahasa Yunani, eharassein yang
berarti “to engrave” dapat
diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Istilah
ini sama dengan istilah “Karakter” dalam bahasa inggris character yang juga berarti mengukir, melukis, memahatkan, atau
menggoreskan. Dalam bahasa Indonesia karakter
diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain (Suyadi, 2013:5).
Pada
hakikatnya mengajar tidak hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran, tetapi
dimaknai juga sebagai proses pembentukan karakter. Pembentukan karakter terbaik
pada siswa menjadi hal yang sangat penting karena siswa merupakan generasi
penerus yang akan melanjutkan eksistansi bangsa. Sekolah sebagai sebuah lembaga
pendidikan merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan karakter siswa. Sebagai sebuah lembaga, sekolah memiliki tanggung
jawab moral untuk mendidik siswa agar pintar, cerdas, serta memiliki karakter
positif sebagaimana diharapkan setiap orangtua. Menurut Lickona sebagaimana yang
dikutip oleh Suyadi menjelaskan bahwa, pendidikan karakter mencakup tiga unsur
pokok yaitu: mengetahui kebaikan (knowing
the good), mencintai kebaikan (desiring
the good), dan melakukan kebaikan (doing
the good) (Suyadi, 2013:6).
Berdasarkan
observasi pendahuluan, SMK Islam Terpadu Ma’arif NU Karanglewas merupakan salah
satu sekolah kejuruan melakukan usaha dalampembentukan karakter siswa. Untuk
membentuk karakter yang tercantum berdasarkan SK (Standar Kompetensi) KD
(Kompetensi Dasar) seperti bertanggung
jawab pada diri siswa dalam mengerjakan tugas, mengerjakan PR, jujur dalam
ulangan, dan meningkatkan nilai gemar membaca, menghormati guru, SMK IT
melakukan usaha pembentukan karakter agar para siswa tetap mempunyai karakter
yang baik. Karena prinsip dalam pembentukan karakter adalah berkelanjutan dari
SD, SMP, dan SMK. (Wawancara dengan guru matematika Ibu Septi tanggal 8 Maret
2014).
Menurut
Lickona sebagaimana yang dikutip oleh Muhaimin menjelaskan bahwa untuk
mendidik karakter dan nilai-nilai yang
baik, termasuk didalamnya nilai keimanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa diperlukan pembinaan yang terpadu sebagaimana untuk
menunjukan pentingnya penciptaan suasana religius disekolah (Muhaimin, 2010:
60). Sehingga, perlu adanya pengembangan budaya sekolah yang berorientasi pada
pendidikan karakter. Budaya sekolah memiliki cakupan yang sangat luas, antara
lain mencakup kegiatan ritual, harapan, ekstrakurikuler, maupun interaksi
sosial antarkomponen (Novan Ardy, 2013: 99).
Untuk
mengimplementasikan pembentukan karakter dapat dilakukan dengan integrasi
pendidikan karakter kedalam pembelajaran dan penginternalisasi nilai-nilai ke
dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik
yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran (Novan
Ardy, 2013: 90). Integrasi pendidikan karakter juga terdapat di SMK Islam
Terpadu Ma’arif NU Karanglewas, dalam hal ini pembentukan karakter siswa tidak
hanya melalui mata pelajaran PAI, akan
tetapi pembentukan karakter siswa menjadi tanggung jawab beberapa mata
pelajaran, yaitu dengan diselipkannya nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam
mata pelajaran dan silabus yang digunakan adalah silabus yang memiliki
nilai-nilai karakter. Dalam mata pelajaran Produktif yaitu Menata Produk dalam
materi tentang Menjaga Display Produk dapat diambil nilai karakter berupa
komunikatif, kerja keras, disiplin, tanggung jawab. Cara yang digunakan agar
siswa memiliki nilai karakter agar dalam kehidupan sehari-hari adalah melalui
pembelajaran didalam kelas dengan penugasan dan praktik dalam menata produk,
sementara diluar kelas para siswa akan praktik secara langsung melalui PKL di
supermarket. Program PKL akan lebih menjadikan siswa memiliki nilai karakter
komunikatif, kerja keras, disiplin, tanggung jawab, dikarenakan para siswa akan
dibimbing langsung oleh supervisor yang menilai sikap dan ketrampilan mereka
(Wawancara dengan guru Menata Produk Ibu Yuliani Fitrianingsih tanggal 8 Maret
2014).
Dalam
proses pembentukan karakter yang dilakukan oleh guru PAI adalah dengan
memberikan nasehat dan motivasi agar para siswa berperilaku baik. Pada setiap
pertemuan pelajaran guru PAI selalu mengadakan absen shalat, kegiatan ini
dimaksudkan untuk membentuk karakter disiplin agar siswa tetap melaksanakan
kewajiban shalat lima waktu. (Wawancara dengan guru PAI Ibu Siti Aminah tanggal
6 Oktober 2013).
Pembentukan
karakter di SMK Islam Terpadu juga dilakukan dengan adanya kegiatan sekolah yang
berorientasi pada pembentukan karakter. Kegiatan sekolah yang ada di SMK Islam Terpadu Ma’arif
NU Karanglewas adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan
rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten
setiap saat. Misalnya shalat dhuhur berjamaah, shalat dhuha dan pembacaan surat
Waqi’ah, berdoa setiap memulai dan
mengakhiri pelajaran.
2. Kegiatan
spontan, kegiatan yang dilakukan siswa secara spontan pada saat itu juga.
Misalnya: mengumpulakan infaq untuk
menjenguk teman atau guru yang sedang sakit.
3. Keteladanan,
dalam hal ini para guru menjadi contoh yang baik bagi para peserta didik.
Misalnya, mencotohkan untuk berangkat ke sekolah tepat waktu, mencotohkan
melaksanakan shalat berjamaah, berbicara dengan menggunakan bahasa krama inggil.
4. Pengondisian,
yaitu penciptaan kondisi yang mendukung dalam pembentukan karakter. Dapat
dilihat dengan kondisi SMK Islam Terpadu yang bersih dan hijau, terdapat slogan
atau tulisan yang memotivasi agar mereka selalu melakukan kebiasaan dengan
baik, misalnya di pintu gerbang terdapat tulisan Aku datang untuk belajar, di
depan kelas terdapat tulisan Baca, disetiap ruangan terdapat tempat sampah
untuk menjaga kebersihan lingkungan, dan sebagainya.
Selain
yang sudah dijelaskan diatas, usaha pembentukan karakter siswa di SMK Islam
Terpadu adalah dengan diadakannya kegiatan keagamaan antara lain: terdapat mujahadah, isighosah dan doa bersama,
diadakan ziarah kubur setiap menjelang UAN, pangajian rutin setiap minggu
pahing dengan mengundang wali murid, terdapat ekstra hadroh, organisasi
IPNU-IPPNU yang mengadakan yasinan dan perjanjenan, PHBI misalnya dengan
pesantren kilat, diadakan qurban, pembacaan shalawat dan lain sebagainya.
Kegiatan keagamaan yang ada disekolah diharapkan dapat membentuk karakter
siswa, karena pembentukan karakter tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja
tetapi juga dengan menambahkan kegiatan keagamaan yang bernilai positif secara
berkelanjutan (Wawancara dengan guru PAI Ibu Siti Aminah tanggal 15 Februari
2014).
Atas
pertimbangan diatas penulis tertarik untuk meneliti serta mengkaji lebih dalam
berkenaan dengan proses pembentukan karakter siswa, yang diterapkan dalam skripsi
berjudul “Pembentukan Karakter Siswa
di SMK-IT (Islam Terpadu) Ma’arif
NU Karanglewas Banyumas Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B.
Rumusan Masalah
Fokus
permasalahan yang akan dicari jawabannya lewat penelitian ini adalah “Bagaimana
Pembentukan Karakter Siswa
di SMK IT (Islam Terpadu) Ma’arif NU Karanglewas Banyumas Tahun Pelajaran
2013/2014?”.
C.
Definisi Operasional
Beberapa konsep kunci dalam rumusan
masalah yang perlu mendapat penjelasan secara operasional agar memiliki
gambaran nyata tentang wujud konsep tersebut dalam tataran praktis penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan
Karakter Siswa
Pembentukan
dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk.
Karakter
diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Sehingga orang yang berkarakter adalah
orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak
tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain (Suyadi,
2013:5). Sedangkan karakter yang hendak dibentuk oleh SMK Islam Terpadu adalah
sesuai dengan visinya yaitu membentuk generasi tangguh, mandiri, dan berakhlak
mulia.
Siswa dalam penelitian ini adalah mereka yang secara formal tercacat sebagai
peserta didik pada sebuah lembaga pendidikan formal tertentu, dalam hal ini
adalah siswa padaSMK Islam Terpadu Ma’arif NU
Karanglewas.
Sehingga
yang dimaksud dengan pembentukan karakter siswa dalam penelitian ini adalah
perbuatan atau usaha sungguh-sungguh untuk membentuk sifat tangguh, mandiri,
dan berakhlak mulia peserta didik.
2. SMK-IT
(Islam Terpadu) Ma’arif NU Karanglewas Banyumas
SMK-IT
(Islam Terpadu) Ma’arif NU Karanglewas merupakan sekolah formal kejuruan 3
tahun, sekolah tersebut dibawah Lembaga PendidikanMa’arif NU Cabang Banyumas.
Beralamat di jalan desa Babakan kecamatan Karanglewas kabupaten Banyumas, Jawa
Tengah. Program kejuruan yang tersedia adalah Bisnis Menejemen yaitu Pemasaran.
Sehingga
dapat disimpulkan pembentukan karakter siswa di SMK Islam Terpadu Ma’arif NU
Karanglewas dalam penelitian ini adalah perbuatan atau usaha sungguh-sungguh
untuk membentuk sifat-sifat tangguh, mandiri, dan berakhlak mulia peserta didik
di SMK Islam Terpadu Ma’arif NU Karanglewas Banyumas.
D.
Tujuan
dan Kegunaan
Penelitian
1. Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini
adalah untuk mengetahui usaha-usaha pembentukan karakter siswa di SMK IT (Islam
Terpadu) Ma’arif NU Karanglewas.
2. Kegunaan
Penelitian
Kegunaan dari penulisan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a.
Memberikan informasi
kepada khalayak tentang usaha-usaha pembentukan karakter siswa yang diterapkan
di SMK Islam Terpadu Ma’arif NU Karanglewas.
b.
Sebagai sumbangan
kepada dunia pendidikan, khususnya dalam usaha-usaha pembentukan karakter bagi
generasi muda, serta mengingatkan kembali tentang pentingnya pembentukan
karakter siswa bagi anak muda pada umumnya dan bagi siswa SMK Islam Terpadu
Ma’arif NU Karanglewas pada khususnya.
c.
Memberikan saran-saran
atau masukan tentang usaha-usaha pembentukan karakter siswa kepada SMK Islam
Terpadu Ma’arif NU Karanglewas.
d.
Informasi penting bagi
penulis sebagai calon guru PAI dan sebagai bahan pengalaman penulis dalam
penulisan berbentuk skripsi.
E.
Kajian
Pustaka
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
pembentukan adalah proses, cara, perbuatan atau usaha untuk membentuk (Daryanto
SS, 1998:88). Dalam penyusunan skripsi yang digunakan sebagai kerangka teori
penulis menggunakan beberapa sumber buku diantanya adalah sebagai berikut:
Buku terjemahan Thomas Lickona yang
berjudul Pendidikan Karakter
Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, buku tersebut menjelaskan bahwa Karakter
dibentuk melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan. Dengan demikian
diperlukan tiga komponen karakter yang baik yaitu: Pertama Pengetahuan Moral,
dimensi-dimensi yang termasuk dalam pengetahuan moral adalah: kesadaran moral,
mengetahui nilai moral, pengambilan prespektif, penalaran moral, membuat
keputusan, memahami diri sendiri. Kedua Perasaan Moral, dimensi-dimensi yang
termasuk dalam perasaan moral adalah: hati nurani, penghargaan diri, empati,
mencintai kebaikan, kontrol diri, kerendahan diri. Ketiga Tindakan Moral,
dimensi-dimensi yang termasuk dalam tindakan moral adalah: kompetensi,
kehendak, dan kebiasaan (Lickona, 2013: 72).
Novan Ardy Wiyani dengan judul buku
Membumikan Pendidikan KarakterKonsep
Praktis dan Strategis. Buku tersebut menjelaskan tentang implementasi
mewujudkan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan integrasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran,
yang dapat dilakukan dengan: Pertama, guru
mengembangkan dan menyisipkan pendidikan karakter pada materi pelajaran yang
sesuai dengan konteks, dapat menggunakan silabus dan RPP berkarakter. Kedua, pembelajaran
berbasis kearifan lokal sebagai alternatif solusi dalam integrasi pada proses
pembelajaran. Nilai karakter kearifan lokal memiliki peran strategis dalam
pembentukan karakter dan identitas bangsa. Kearifan lokal pada dasarnya dapat
dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jati diri. Ketiga, pengembangan
budaya sekolah berbasis karakter. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan
sekolah tempat berinteraksi peserta didik dengan sesamanya. Budaya sekolah
memiliki cakupan yang sangat luas, antara lain mencakup kegiatan ritual,
harapan, hubungan sosial-kultural, kegiatan kurikuler, kegiatan
ekstrakurikuler, maupun interaksi sosial antarkomponen. Pengembangan budaya
sekolah yang berorientasi pada pembentukan karakter dapat dilakukan dengan
adanya kegiatan: kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan
pengondisian terhadap proses pembentukan karakter. (Novan Ardy, 2013: 99).
Pendidikan
Karakter Konsep dan Implementasi buku karya Heri
Gunawan. Buku tersebut menjelaskan bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada
dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain.
Metode dalam pembentukan karakter siswa dapat dilakukan dengan: Metode Hiwar
Percakapan, Metode Qishah atau Cerita, Metode Amtsal atau
Perumpamaan, Metode Uswah atau Keteladanan, Metode Pembiasaan, Metode ‘Ibrah
atau Mau’idah, Metode Targhib dan Tarhib atau Janji
dan Ancaman, Tarhib (Heri Gunawan, 2012: 88). Guna melengkapi skripsi
ini, penulis menggunakan pijakan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan pembentukan karakter siswa, antara lain:
Umti Lailatul Arbiyah dengan judul Pembentukan
Karakter Siswa SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi
tersebut menitikberatkan pada pendidikan karakter di SMP Muhammadiyah 3
Purwokerto yang dikendalikan dalam kegiatan pendidikan sekolah yang sasarannya
adalah seluruh komponen yang ada di sekolah. Hasil penelitian menunjukan bahwa
usaha pembentukan karakter dilakukan dengan: pengintegrasian budaya sekolah,
pengintegrasian kedalam pembelajaran dengan menyisipkan nilai karakter.
Strategi pembentukan karakter dilakukan dengan keteladanan, pembiasaan,
kegiatan spontan, penciptaan suasana kondusif dan penanaman kedisiplinan. Perbedaan
dengan skripsi milik penulis yaitu skripsi penulis memfokuskan pada usaha
sekolah dalam proses pembentukan karakter, sedangkan skripsi milik Umti
memfokuskan kepada strategi yang digunakan sekolah dalam proses pembentukan
karakter.
Skripsi milik Zeftii Izza Erlina dengan
skripsi yang berjudul Peran Guru PAI
dalam Membentuk Peserta Didik yang Berakhlakul Karimah di SMK Al-Huda Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebestahun 2011. Skripsi ini membahas tentang peran guru
PAI dalam membentuk peserta didik yang berakhlakul karimah dan bagaimana
pelaksanaannya disekolah serta faktor pendukung dan faktor penghambat. Hasil
penelitian menunjukan bahwa peran guru PAI dalam usaha membentuk akhlak
meliputi guru sebagai: pembimbing untuk membimbing peserta didik dengan baik,
inspirator, teladan yang baik bagi siswa dengan cara berpakaian sopan,
kebiasaan, motivator, fasilitator, dan evaluator. Faktor pendukung dalam pembentukan
akhlak dengan adanya kerja sama yang baik antara guru, orantua, dan lingkungan.
Yang membedakan dengan skripsi penulis
yaitu dalam skripsi milik Zeftii lebih menekankan kepada peran guru PAI dan
yang dibentuk adalah hanya masalah tentang akhlak sedangkan dalam skripsi ini
adalah semua pihak atau guru yang membentuk karakter siswa yang meliputi
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
Berdasarkan kajian pustaka diatas, dapat
diketahui bahwa belum ada penelitian tentang pembentukan karakter siswa di SMK
Islam Terpadu Ma’arif NU Karanglewas.
F.
Sistematika
Pembahasan
Agar
skripsi ini dapat memerankan fungsinya sebagai media komunikasi antara peneliti
dengan semua fihak yang konsern dengan wilayah yang menjadi fokus penelitian,
maka skripsi ini disusun dengan sistematika pembahasan yang diharapkan akan mempermudah para
pembaca untuk memahami atau menangkap makna, termasuk alur fikir yang
dikembangkan oleh penulis dalam melakukan penelitian.
Untuk keperluan itulah, skripsi ini disusun
dengan alur fikir dengan sistematika
sebagai berikut:
Bab
I merupakan pendahuluan, dalam bab ini terdiri atas: Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Definisi Operasional, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kajian
Pustaka, dan Sistematika Pembahasan.
BAB
II merupakan landasan teori yang membahas mengenai Pembentukan Karakter yang terdiri dari: Pengertian Pembentukan
Karakter, Tujuan dan Dasar Pembentukan Karakter, Tahap-Tahap Pembentukan Karakter, Nilai
Pembentuk Karakter, Metode Pembentukan Karakter, Usaha-Usaha Pembentukan
Karakter.
BAB
III merupakan bab Metode Penelitian yang terdiri dari: Jenis Penelitian, Lokasi
Penelitian, Objek Penelitian, Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik
Analisa Data.
BAB
IV merupakan bab yang mendeskripsikan data-data yang telah diperoleh untuk
menjawab rumusan masalah yang berisi tentang penyajian data tentang pembentukan
karakter siswa dan analisa data tentang pembentukan karakter siswa.
BAB
V merupakan bab penutup yang terdiri atas: Simpulan, Saran dan Kata Penutup. Kemudian pada bagian akhir skripsi
dicantumkan: daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup
penulis.
BAB
II
PEMBENTUKAN KARAKTER
A. Pengertian
Pembentukan Karakter
1. Hakikat
Pendidikan Karakter
Pendidikan
pada umumnya dan pendidikan karakter pada khusunya merupakan sarana untuk
mengadakan perubahan secara mendasar, karena membawa perubahan individu sampai pada
akar-akarnya. Pendidikan akan kembali merobohkan pasir jahiliyah,
membersihkan, kemudian menggantikannya dengan bangunan nilai baru yang lebih
baik (Nurul Zuriah, 2008: 6).
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional
sebagaimana yang dikutip oleh Haedar Nashir menjelaskan bahwa:
Pendidikan
adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta
didik. Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan
generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang
lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya
dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu,
pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi
muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. (Haedar Nashir,
2013:14)
Sedangkan menurut John Dewey yang
dikutip oleh Masnur Muslich Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
Tujuan pendidikan dalam hal ini agar generasi muda sebagai penerus generasi tua
dapat menghayati, memahami, mengamalkan nilai-nilai atau norma tersebut dengan
cara mewariskan segala segala pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan
ketrampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan norma-norma hidup dan
kehidupan (Masnur Muslich, 2011: 67)
Pendidikan adalah proses pengembangan
sosial kejiwaan menuju pengembangan bakat alami, bertahap dalam
mengembangkannya dan memperbaiki akhlak serta menyempurnaknnya sesuai dengan akidah
dan nilai-nilai budaya (Muhammad Syarif, 2003:49)
Sedangkan dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa:
Pendidikan
adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Sjarkawi, 2006: 43)
Dari beberapa pengertian pendidikan
diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
sebagai sarana perubahan dalam mengembangkan potensi peserta didik dan proses
pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual, emosional dengan ditandai
oleh pewarisan budaya dan karakter yang
dimiliki masyarakat dan bangsa untuk mempersiapkan generasi mudanya demi
keberlangsungan yang lebih baik, mengembangkan dan memperbaiki akhlak serta
menyempurnakannnya sesuai dengan akidah dan nilai-nilai budaya.
Ditinjau dari segi bahasa, akar kata
karakter dapat ditemukan dari bahasa Latin yaitukharassein, dan kharax,
yang maknanya “tools for making” (Muhammad Badiran, 2011:152). Selain
itu ditemukan, kata karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu karraso yang
berarti cetak biru, format dasar, sidik jari (Maksudin, 2013: 1), ada juga yang
berpendapat karakter dari bahasa Yunani yaitueharassein yang berarti “to
engrave” dapat diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan, atau
menggoreskan. Istilah ini sama dengan istilah Karakter dalam bahasa inggris character
yang juga berarti mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Arti
karakter secara kebahasaan yang lain adalah huruf, angka, ruang atau simbol
khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Sementara itu dalam
bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain (Suyadi,
2013:5). Dalam bahasa Arab, karakter diartikan khuluk, sajiyyah, thab’u,
syakhsiyyah yang bararti budi pekerti, tabiat, watak, lebih dekat dengan
kepribadian (Agus Zaenul, 2012: 20)
Penulis menarik kesimpulan bahwa orang
yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya
dengan orang lain.
Selain ditinjau dari segi bahasa
pengertian karakter dapat ditemukan dari segi istilah. Menurut Thomas Lickona
sebagaimana yang dikutip oleh suyadi menjelaskan bahwa karakter adalah:
“A
reliable inner disposition to respond to situatins in a morally good way”
character so conceived has three interrelated perts: moral knowing, moral
felling, and moral behavior”.
Menurut
kemendiknas kerakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak (Suyadi, 2013:5).
Penulis menarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan karakter usaha aktif menginternalisasi budaya dan
nilai kehidupan untuk ditumbuhkankembangkan melalui keteladanan agar peserta
didik memahami, merasakan, mengambil keputusan dengan bijak sehingga
mengerjakan dan menyerap nilai kedalam kehidupan sehari-hari baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupuan kebangsaan
sebagai kekuatan dalam hidupnya sehingga memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat.
2. Pengertian
Pembentukan Karakter
Menurut Lickona pendidikan karakter menekan
pada tiga komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing, moral feeling, dan
moral action. Yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan
mengerjakan nilai-nilai kebajikan, atau istilah lainnya adalah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. (Masnur Muslich, 2011: 75)
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia,
pembentukan adalah proses, cara, perbuatan atau usaha untuk membentuk (Daryanto
SS, 1998:88). Berbicara masalah pembentukan karakter sama halnya berbicara
tentang tujuan pendidikan, karena menurut berbagai pendapat tujuan pendidikan
kita adalah sama halnya dengan pembentukan karakter. Pembentukan karakter dapat
diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan
menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak atau
karakter ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha
pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya (Abuddin, 2009: 158).
Pembentukan watak atau karakter
merupakan usaha untuk menanamkan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
isiadat (Zainal, 2012: 201).
Pembentukan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan
mana yang salah, lebih dari itu, pembentukan karakter menanamkan kebiasaan
tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham tentang mana yang
benar dan salah, mampu merasakan nilai yang baik dan biasa melakukannya
(Gunawan, 2012: 27).
Berdasarkan pembahasan diatas penulis
sependapat dengan Zainal bahwa yang dimaksud dengan pembentukan karakter
merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma agama-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat isti adat.
Terdapat beberapa unsur dimensi manusia
ditinjau secara psikologis dan sosiologis dalam kaitannya dengan terbentuknya
karakter manusia. Unsur-unsur itu antara lain: sikap, emosi, kepercayaan,
kebiasaan dan kemauan, konsepsi diri (Fatchul, 2011: 167).
Menurut Abdul Majid, unsur pembentuk
karakter manusia ada dua yaitu:
a. Pikiran,
merupakan unsur terpenting dalam pembentukan karakter, karena pikiran yang
didalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidup. Jika
program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip kebenaran universal, maka
perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam.
b. Kebiasaan,
dari berbagai literatur ditemukan bahwa kebiasaan yang dilakukan secara
berulang-ulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadi
karakter seseorang (Abdul Majid, 2012: 17).
B. Tujuan
dan Dasar Pembentukan Karakter
Pendidikan karakter yang dibangun dalam
pendidikan mengacu pada Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003, bahwa:
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab (Novan Ardy, 2013: 69).
Dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, pendidikan karakter yang terintegrasi dalam sejumlah mata
pelajaran yang relevan dan tatanan serta iklim kehidupan sosial-kultural dunia
persekolahan secara umum bertujuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu
menggunakan pengetahuan, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai, mengembangkan ketrampilan sosial yang memungkinkan untuk berkembangnya
akhlak mulia dalam diri siswa serta mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari,
dalam berbagai konteks sosial budaya yang berbhineka sepanjang hayat (Nurul
Zuriah, 2008: 64).
Tujuan pembentukan karakter yaitu
membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar
menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung
jawab. Dalam konteks pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan
untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi positif dan berakhlak karimah
sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut
Kemendiknas, tujuan pembentukan karakter adalah:
a. Mengembangkan
potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
b. Mengembangkan
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
c. Menanamkan
jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa
d. Mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan
berwawasan kebangsaan
e. Mengembangkan
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan (Zaenul, 2012: 24).
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk
peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan meninteranalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pada tingkat
institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu
nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar
sekolah (Masnur Muslich, 2011: 81).
Tujuan pendidikan karakter sebagai usaha
untuk membentuk siswa jika ditinjau dalam seting sekolah:
a. Menguatkan
dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu
sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas
sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
b. Mengoreksi
perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah.
c. Membangun
koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung
jawab pendidikan karakter secar bersama (Dharma Kesuma, 2012: 9)
Menurut Agus Zaenul Fitri
pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan sehingga sifat
anak akan terukir sejak dini, agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan
bijak serta mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari (Agus Zaenul, 2012: 21)
Dapat dipahami bahwa tujuan dari
pendidikan karakter adalah membentuk, menanamkan, memfasilitasi, dan
mengembangkan nilai-nilai positif pada anak sehingga menjadi pribadi yang
unggul dan bermartabat.
Sebagai pengaruh dari
terlaksanaannya pendidikan karakter dapat disimpulkan dari beberapa penelitian
menurut Muchlas Samani adalah:
a. Perbaikan
iklim sekolah termasuk iklim pembelajaran
b. Para
siswa dan staf menganggap sekolah sebagai tempat yang peduli, aman, dan cocok
bagi anak
c. Para
siswa berperilaku lebih santun, pantas, dan proporsional
d. Tindakan
yang keliru dan tidak terpuji menurun
e. Memotivasi
akademik serta skor prestasi siswa naik signifikan
f. Meningkatnya
ketrampilan mereka dalam memecahkan masalah (Muchlas Samani, 2012: 17).
Lickona sebagaimana yang dikutip oleh
Zainal Aqib menjelaskan bahwa apabila pendekatan kompeherensif diberikan kepada
pendidikan karakter, maka budaya moral yang positif akan tercipta disekolah.
Sekolah yang merupakan sebuah lingkungan yang mendukung penanaman nilai-nilai
dikelas. Hal ini dapat diwujudkan melalui keteladanan kapala sekolah, disiplin,
kepekaan, demokrasi, dan peluang untuk mengahargai kepedulian moral (Zainal
Aqib, 2012:28). Dari pernyataan tersebut dapat diambil pengertian bahwa
pendidikan karakter dapat berpengaruh terhadap penciptaan kondisi budaya
sekolah yang positif akibat dari kepala sekolah dan warga sekolah yang
mendukung akan terlaksanaannya pembentukan karakter.
Manusia pada dasarnya memiliki dua
potensi yaitu baik dan buruk. Di dalam Al-Quran surah Al-Syams dijelaskan
dengan istilah Fujur dan takwa. Keberuntungan berpihak pada orang yang
senantiasa menyucikan dirinya dan kerugian berpihak pada orang yang mengotori
dirinya, sebagaiman firman Allah dalam surah Al-Syams ayat 8 berikut ini:
ÇÑÈ$yg1uqø)s?ur$yduqègéú$ygyJolù;r'sù
“Maka
Dia menghilmakan kepada jiwa itu (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,”(Ahmad Hatta,
2011: 595)
Menurut Tafsir Al Misbah, fa alhamaha
terambil dari kata al-lahm yakni menelan sekaligus sehingga lahir kata
ilham. Memang ilham atau instuisi datang secara tiba-tiba tanpa disertai
analisa sebelumnya. Lebih lanjut Sayid Quthub menjelaskan bahwa manusia adalah
makhluk dwi dimensi dalam tabiatnya. Manusia mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk, dia mampu mengarahkan dirinya menuju kebaikan atau
keburukan dalam kesadaran yang sama. Potensi tersebut terdapat dalam diri
manusia kehadiran Rasul, petunujuk-petunjuk, serta faktor ekstern lainnya hanya
berfungsi membangkitkan, mendorong, dan mengarahkan, itu semua tidak
menciptakannya karena ia telah melekat sebagi tabiat dan masuk kedalam melalui
pengilhaman Illahi (Quraish, 2003: 297).
ôzþÇ5çtÇÎÈû,Î#Ïÿ»y@xÿór&m»tR÷yuOèOÇÍÈ¢OÈqø)s?`|¡ômr&Îû`»|¡SM}$#$uZø)n=y{s)s9
“Sungguh,
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya”,(Ahmad Hatta, 2011: 597).
Berdasarkan surat Al-Tin ayat 4-5 diatas
dijelaskan sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling
baik. Manusia diistimewakan dengan akalnya agar bisa berpikir dan menimba
berbagai ilmu pengetahuan serta bisa mewujudkan segala inspirasinya yang
dengannya manusia bisa berkuasa atas segala makhluk. Manusia memiliki kekuatan
dan pengaruh yang dengan keduanya bisa menjangkau segala sesuatu (Ahmad
Mustafa, 1993: 341).
Dalam
teori lama yang dikembangkan oleh dunia barat, disebutkan bahwa perkembangan
seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai
lawannya, berkembang pula teori yang berpendapat bahwa seseorang hanya
ditentukan oleh pengaruh lingkungan (empirisme). Sebagai sinsetisisnya,
kemudian dikembangkan teori ketiga yang berpendapat bahwa perkembangan
seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan atau konvergensi
(Agus Zaenul, 2012: 36).
Dapat difahami bahwa manusia banyak
mempunyai kecenderungan yang disebabkan oleh banyak potensi yang dibawanya.
Dalam garis besarnya, kecenderungan itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu kecenderungan
menjadi orang baik dan kecenderungan menjadi orang jahat. Oleh sebab itu,
pembentukan karakter harus dapat memfasilitasi dan mengembangkan nilai-nilai
positif agar secara alamiah dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang
unggul dan barakhlak mulia.
C. Tahap-Tahap
Pembentukan Karakter
Perkembangan moral atau karakter
merupakan proses dinamis yang umum dalam setiap budaya. Moral berkembang
menurut serangkaian tahap perkembengan psikologis. Perkembangan moral itu
bertahap artinya kedewasaan moral seseorang hanya dapat meningkat satu tahap
lebih tinggi diatasnya. Pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk
dilakukan oleh sekolah dan warganya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan
pendidikan karakter di sekolah.
Membentuk karakter pada diri siswa
memerlukan suatu tahapan yang disusun secara sistematis dan berkelanjutan.
Siswa akan melihat dan meniru apa yang ada di sekitaranya, siswa apabila akan
melakukan sesuatu (baik atau buruk), selalu diawali dengan proses melihat,
mengamati, meniru, mengingat, menyimpan, kemudian mengeluarkannya kembali
menjadi perilaku sesuai dengan ingatan yang tersimpan di dalam otaknya. Oleh
karena itu, untuk membentuk karakter siswa harus dirancang dan diusahakan
penciptaan lingkungan kelas dan sekolah yang mendukung program pendidikan
karakter (Agus Zaenul, 2012: 58).
Karakter dibentuk melalui tahap
pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan. Dengan demikian diperlukan tiga
komponen karakter yang baik yaitu:
1. Pengetahuan
Moral, dimensi-dimensi yang termasuk dalam pengetahuan moral adalah:
a. Kesadaran
Moral, untuk membentuk warga negara yang bertanggungjawab harus ada upaya
membuat mereka terinformasi. Pendidikan nilai dapat melakukan tugas ini dengan
mengerjakan siswa cara memastikan fakta terlebih dahulu sebelum membuat sebuah
timbangan moral.
b. Mengetahui
Nilai Moral, hal ini berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai
situasi, nilai yang baik menjadi faktor penentu dalam membentuk pribadi yang
baik.
c. Pengambilan
Prespektif, adalah kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat
situasi dari sudut pandang orang lain, membayangkan bagaimana mereka akan
berfikir, berinteraksi dan merasa. Pengembilan prespektif dapat membantu siswa
untuk merasakan dunia dari sudut pandang orang lain.
d. Penalaran
moral, adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan mengapa kita harus
bermoral.
e. Membuat
Keputusan, adalah proses orang menjadi memliki putusan saat orang tersebut
menghadapi masalah atau dilema moral.
f. Memahami
diri sendiri, yaitu sadar terhadap kekuatan dan kelemahan karakter dan
mengetahui cara untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
2. Perasaan
Moral, dimensi-dimensi yang termasuk dalam perasaan moral adalah:
a. Hati
Nurani, hati nurani yang matang juga mencakup kapasitas untuk memiliki rasa
bersalah kontruksif artinya ketika hati nurani anda berkata wajib untuk
mengambil sikap tertentu maka jika tidak melakukannya anda merasa bersalah.
b. Penghargaan
Diri, artinya orang yang mempunyai penghargaan sehat maka akan menghormati diri
sendiri, orang yang menghormati diri sendiri maka akan menghargai diri sendiri.
Dengan demikian orang yang menghargai diri sendiri kecil kemungkinan bagi
dirinya untuk merusak tubuh atau pikiran kita atau bahkan membiarkan orang lain
untuk merusaknya.
c. Empati,
adalah kemampuan mengenali dan merasakan keadaan yang tengah dialami orang
lain. Merupakan sisi emosi dari pengambilan presprektif.
d. Mencintai
Kebaikan, merupakan bentuk karakter yang tertinggi, yaitu ketertarikan murni
yang tidak dibuat-buat pada kebaikan.
e. Kontrol
Diri, emosi dapat menghanyutkan akal itulah mengapa kontrol diri merupakan
bentuk pekerti moral yang penting.
f. Kerendahan
Hati, merupakan bagian dari pemahaman diri yaitu sutau bentuk keterbukaan murni
terhadap kebenaran sekaligus kehendak untuk berbuat sesuatu demi memperbaiki
kegagalan kita.
3. Tindakan
Moral, dimensi-dimensi yang termasuk dalam tindakan moral adalah:
a. Kompetensi,
adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral kedalam tindakan
moral yang efektif.
b. Kehendak,
adalah menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal. Hal ini berguna agar dapat melihat dan
memikirkan sesuatu keadaan melalui seluruh dimensi moral, untuk menahan godaan,
bertahan dari tekanan, dan melawan gelombang. Kehendak merupakan inti dari
kebenarian moral.
c. Kebiasaan,
merupakan faktor penentu pembentuk moral. Orang yang memiliki karakter baik
bertindak sungguh-sungguh, loyal, berani, berbudi, dan adil tanpa tergoda oleh
hal-hal sebaliknya. Mereka akan melakukan hal yang benar karena kebiasaan
(Lickona, 2013: 72).
Dalam pandangan Islam, tahapan
pembentukan karakter dimulai sejak sedini mungkin, yaitu dengan tahap-tahap
pendidikan karakter yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tahap-tahap pembentukan karakter beserta pendidikan karakter pada anak dalam
pandangan Islam adalah sebagai berikut:
1. Tauhid
(0-2 tahun)
Nabi memerintahkan untuk mengajarkan
kalimat la ilaha illallah kepada setiap anak yang baru bisa mengucapkan
kata-kata sebanyak tujuh kali, sehingga kalimat tauhid ini menjadi
ucapan mereka yang pertama kali dikenalkannya.
2. Adab
(5-6 tahun)
Pada
fase ini siswa diajarkan nilai-nilai karakter tentang adab tentang: jujur,
mengenal mana yang benar atau salah, mengenal yang baik atau buruk, mengenal
mana yang diperintah atau yang dilarang.
3. Tanggung
jawab (7-8 tahun)
Perintah
agar anak usia tujuh tahun dimulai menjalankan shalat menunjukan bahwa anak
mulai dididik untuk bertanggung jawab. Anak dimulai diminta untuk membina
dirinya sendiri, memenuhi kebutuhan, kewajiban diri sendiri.
4. Peduli
(9-10 tahun)
Pada
fase ini anak diajarkan tentang nilai karakter yang meliputi menghargai orang
lain, menghormati orang lain, bekerjasama, tolong menolong dan saling membantu.
5. Kemandirian
(11-12 tahun)
Mandiri
ditandai dalam kesiapan dalam menerima resiko sebagai konsekuensi tidak menaati
aturan. Anak telah mampu menerapkan terhadap hal-hal yang menjadi perintah atau
yang menjadi larangan.
6. Bermasyarakat
(13 tahun keatas)
Anak
telah siap bergaul dimasyarakat dengan berbekal pengalaman yang dilalui
sebelumnya, anak akan mampu melakukan beradaptasi dengan masyarakat (Abdul
Majid, 2012: 23).
Pada tingkatan SMK dalam
perkembangannya anak memasuki masa ramaja. Remaja merupakan masa perkembangan
sikap tergantung terhadap orangtua ke arah kemandirian. Dalam perspektif
belajar sosial menurut Albery Bandura sebagaiman yang dikutip oleh Syamsu Yusuf
berpendapat bahwa proses kognitif yang mengantarai perubahan tingkah laku
dipengaruhi oleh pengalaman yang mengarahkan untuk mentutaskan ketrampilan atau
tugas-tugas (Syamsu Yusuf, 2011:189).
D. Nilai
Pembentuk Karakter
Kemendiknas menjelaskan bahwa nilai
karakter yang dikembangkan berdasarkan nilai agama, norma sosial, hukum, etika
akademik, dan prinsip-prinsip HAM.Kemendiknas telah meluncurkan 18 nilai
karakter, 18 nilai karakter telah disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu
pendidikan secara umum, sehingga lebih implementatif untuk diterapkan dalam
pendidikan secara umum, nilai 18 tersebut telah dirumuskan dalam standar
kompetensi dan indikator pencapaian disemua mata pelajaran. Nilai 18 karakter
yang sudah disusun oleh Kemendiknas meliputi:
1. Religius,
yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama yang
dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
2. Jujur,
yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan,
perkataan, dan perbuatan yang benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang
benar sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat
dipercaya.
3. Toleransi,
yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan
agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan
hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat
hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
4. Disiplin,
yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan
atau tata tertib yang berlaku.
5. Kerja
keras, yakni perilaku yang menunjukan upaya secara sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan
sebaik-baiknya.
6. Mandiri,
yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berati tidak
boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas
dan tanggung jawab kepada orang lain.
7. Kreatif,
yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam
memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-car baru, bahkan hasil-hasil
baru yang lebih baik dari sebelumnya.
8. Demokratis,
yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban
secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
9. Rasa
ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan
penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari secara lebih mendalam.
10. Semangat
kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
11. Cinta
tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia,
peduli, dan penghargaan, yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik,
dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat
merugikan bangsa sendiri.
12. Mengahargai
prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui
kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.
13. Komunikatif,
yakni senang bersahabat atau proaktif, sikap dan tindakan terbuka terhadap
orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara
kolaboratif dengan baik.
14. Cinta
damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang,
dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
15. Gemar
membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara
khusus guna membaca berbagai informasi
16. Peduli
lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan
melestarikan lingkungan sekitar.
17. Peduli
sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang
lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
18. Tanggung
jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat,
bangsa, negara maupun agama (Suyadi, 2013: 8).
Prinsip pembelajaran yang digunakan di
sekolah adalah mengusahakan agar siswa mengenal dan menerima nilai-nilai
karakter sebagai milik mereka, dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menentukan pendidikan, dan
selanjutnya menjadikan satu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip
tersebut siswa belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Kemendiknas
menjelaskan bahwa prinsip dalam pembentukan karakter adalah sebagai berikut:
1. Berkelanjutan,
artinya proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang panjang
dari awal siswa sampai selesai dari satuan pendidikan
2. Melalui
semua mata pelajaran dan pengembangan diri. Artinya proses pengembangan
nilai-nilai karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler
3. Nilai
tidak diajarkan tetapi dikembangkan. Yang perlu diperhatikan adalah aktivitas
belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
4. Proses
pembelajaran dilakukan dengan penekanan agar siswa secara aktif dan
menyenangkan. Artinya setiap proses pembelajaran siswa dituntut untuk aktif dan
menimbulkan rasa senang. (Gunawan, 2012: 36).
E. Metode
Pembentukan Karakter
Metode adalah cara-cara untuk
menyampaikan materi pendidikan oleh guru kepada siswa, disampaikan dengan
efektif dan efisien, untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan. Metode
ini berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan (Heri Gunawan, 2012:88).
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplememtasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran diantaranya: ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi,
laboratorium, pengalaman lapangan, brainstroming, debat, dan simposium (
Zubaedi, 2011: 188)
Menurut Superka sebagaimana yang dikutip
oleh Sutarjo menunjuk berbagai pendekatan dan metode dalam pendidikan karakter
yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan
dan Metode Penanaman Nilai, adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada
penanaman nilai dalam diri siswa. Metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran adalah: keteladanan, simulasi, bermain peran.
2. Pendekatan
dan Metode perkembangan kognitif, disebut sebagai pendekatan kognitif karena
karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan pada aspek
perkembangannya. Metode yang digunakan adalah dengan diskusi kelompok.
3. Pendekatan
dan Metode Argumentasi Moral, pendekatan ini memberikan penekanan pada
perkembangan kemampuan siswa untuk berfikir logis dengan cara menganalisis
masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan mencari alasan
pembenaran secara moral.
4. Memoralisasi,
yaitu model pendidikan karakter secara langsung dengan mengajarkan sejumlah
nilai yang harus menjadi pegangan siswa. Metode yang digunakan dengan:
pemberian nasihat dan larangan, khotbah, pidato, dan ceramah.
5. Bersikap
Membiarkan, adalah metode dengan cara membiarkan siswa menentukan sendiri apa
yang diinginkan, anak dibiarkan tumbuh dan berkembang secara alamiah.
6. Menjadi
Model, yaitu guru berusaha menampilkan dirinya sebagai model atau contoh yang
hidup menurut karakter tertentu.
7. Pendekatan
dan Metode Teknik Klarifikasi Nilai, yaitu pendekatan karakter dimana siswa dilatih untuk
menemukan, memilih, menganalisis, mengambil sikap sendiri nilai hidup yang
diperjuangkan. Metode yang digunakan adalah metode dialog, diskusi kelompok,
studi kasus atau problem solving (Sutarjo, 2013: 134).
Metode pendidikan menurut Abdurrahman
An-Nahlawi sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan yang dapat dijadikan
pertimbangan dalam pembentukan karakter kepada siswa adalah sebagai berikut:
1. Metode
Hiwar Percakapan, adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau
lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik, dan dengan sengaja diarahkan
kapada satu tujuan yang dikehendaki. Metode ini mempunyai dampak yang sangat
mendalam terhadap jiwa pendengar yang mengikuti percakapan dengan seksama
dengan penuh perhatian.
2. Metode
Qishah atau Cerita, dalam pelaksanaan pendidikan karakter disekolah,
kisah sebagai metode pendukung pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting, karena dalam kisah-kisah terdapat keteladanan atau edukasi.
3. Metode
Amtsal atau Perumpamaan, cara penggunaan metode ini yaitu dengan ceramah
atau membaca teks.
4. Metode
Uswah atau Keteladanan, keteladanan merupakan metode yang lebih efektif
dan efisien, karena siswa pada umumnya cenderung meniru gurunya.
5. Metode
Pembiasaan, adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan berintikan pengalaman
karena yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan.
6. Metode
‘Ibrah atau Mau’idah, ‘ibrah berarti suatu kondisi psikis yang
menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, dihadapi dengan
nalar dan menyebabkan hati mengakuinya. Mau’idah ialah naishat yang
lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancaman.
7. Metode
Targhib dan Tarhib atau Janji dan Ancaman, Targhib adalah
janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan
bujukan. Sedangkan Tarhib adalah
ancaman karena dosa yang dilakukan. Metode ini bertujuan agar orang mematuhi
peraturan Allah (Heri Gunawan, 2012: 88).
Paul Suparno menjelaskan model dan
metode dalam pendidikan karakter dapat dilakukan dengan:
1. Cara
penyampaian dalam pendidikan karakter dapat dilakukan dengan beberapa model
antar lain: model sebagai mata pelajaran tersendiri, model terintegrasi dalam
semua bidang studi, model diluar pengajaran, model gabungan.
2. Metode
Penyampaian dalam pembentukan Karakter dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode antara lain sebagai berikut:
a. Metode
Demokrasi, dalam hal ini guru bersifat sebagai fasilitator, metode ini akan
menyebabakan anak berani menungkapkan gagasan, pendapat, maupun perasaan.
Nilai-nilainya antara lain: keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat
orang lain, sportivitas, kerendahan hati, dan toleransi.
b. Metode
Pencarian Bersama, metode ini menekankan pencarian bersama yang melibatkan
siswa dan guru. Pencarian bersama ini lebih menekankan diskusi atas soal-soal yang aktual dalam
masyarakat.
c. Metode
Siswa Aktif, yaitu menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal
pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan
mengembangkan proses selanjutnya. Mendorong untuk mempunyai kreativitas,
ketelitian, kecintaan terhadap imu pengetahuan, kerjasama, kejujuran, dan daya
ingat.
d. Metode
Keteladanan, proses pembentukan karakter pada anak akan dimulai dengan melihat
orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi
anak. Dituntut adanya ketulusan, keteguhan, kekonsistenan hiduo seorang guru.
e. Metode
Live In, metode live in memberi pengalaman kepada anak untuk mempunyai
pengalaman hidup bersama orang lain langsung dalam situasi yang berbeda sama
sekali dari kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini terjadi secara periodik, siswa
perlu mendapat bimbingan untuk merefleksi pengalaman dengan baik secara
rasional intelektual maupun segi batin dan rohaninya.
f. Metode
Penjernihan Nilai, latar belakang sosial, latar belakang kehidupan, dan
pengalaman dapat membawa perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup.
Oleh karena itu dibutuhkan adanya penjernihan nilai dengan dialog afektif dalam
bentuk sharing ataupun diskusi yang mendalam dan intensif (Paul Suparno, 2002:
42-51).
Selanjutnya menurut Lickona
sebagaimana yang dikutip oleh Muchlas Samani, menyarankan bahwa:
“Agar
pendidikan karakter berlangsung efektif, maka guru dapat mengusahakan berbagai
metode seperti: metode bercerita, menugasi siswa membaca buku literatur,
melaksanakan studi kasus, bermain peran, debat, kooperatif” (Muchlas Samani,
2012: 147).
Dalam pendidikan karakter
perspektif Islam, Abdul Majid menawarkan metode dengan model Tadzkirah (dibaca
Tadzkiroh). Tadzkirah mempunyai makna yaitu:
1.
T: tunjukan teladan
2.
A: arahkan atau berikan bimbingan
3.
D: dorongan dengan berikan motivasi
4.
Z: zakiyah yaitu bersih dengan
tanamkan hati yang tulus
5.
K: kontinuitas yaitu pembiasaan untuk
belajar, berbuat, bersikap
6.
I : ingatkan jika berbuat kesalahan
7.
R: repitisi atau pengulangan
8.
A: (O) yaitu organisasikan
9.
H: hati, sentuhlah dengan hati (Abdul
Majid, 2012: 116).
Dari beberapa metode diatas penulis
menyimpulkan bahwa metode yang sering digunakan dalam pembentukan karakter
siswa adalah dengan keteladanan. Dimana seorang guru harus menjadi contoh yang
baik bagi para siswa. Proses pembentukan karakter pada siswa akan dimulai
dengan melihat orang yang akan diteladani.
F. Usaha-Usaha
Pembentukan Karakter
1. Integrasi
Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran
Yang
dimaksud dengan implementasi pendidikan karakter secara terintegrasi kedalam
proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke
dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran yang
berlangsung baik didalam kelas maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran
(Novan Ardy, 2013: 90). Pengintegrasian tersebut dapat dilakukan dengan:
a. Guru
mengembangkan dan menyisipkan pendidikan karakter pada materi pelajaran yang
sesuai dengan konteks, dapat menggunakan silabus dan RPP berkarakter.
b. Pembelajaran
berbasis kearifan lokal sebagai alternatif solusi dalam integrasi pada proses
pembelajaran. Nilai karakter kearifan lokal memiliki peran strategis dalam
pembentukan karakter dan identitas bangsa. Kearifan lokal pada dasarnya dapat
dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jati diri.
2. Pengembangan
Budaya Sekolah Berbasis Karakter
Budaya sekolah adalah suasana
kehidupan sekolah tempat berinteraksi peserta didik dengan sesamanya. Budaya
sekolah memiliki cakupan yang sangat luas, antara lain mencakup kegiatan
ritual, harapan, hubungan sosial-kultural, kegiatan kurikuler, kegiatan
ekstrakurikuler, maupun interaksi sosial antarkomponen. Pengembangan budaya
sekolah yang berorientasi pada pembentukan karakter dapat dilakukan dengan
adanya kegiatan: kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan
pengondisian terhadap proses pembentukan karakter.(Novan Ardy, 2013: 99).
Terdapat
enam unsur budaya moral positif disekolah yaitu:
a. Kepemimpinan
moral dan akademis dari kepala sekolah
b. Disiplin
dalam seluruh lingkungan sekolah yang memberi teladan, mendorong, dan
menjunjung tinggi nilai di seluruh lingkungan sekolah
c. Kesadaran
komunitas di seluruh lingkungan sekolah
d. Organisasi
siswa yang melibatkan para siswa dalam mengurus diri sendiri dan menumbuhkan
rasa tanggung jawab untuk menjadikan sebagai sekolah terbaik
e. Sebuah
atsmosfer moral yang didalamnya terdapat sikap saling menghormati, keadilan, da
kerjasama yang meresap kedalam semua bentuk hubungan di sekolah
f. Menjunjung
tinggi arti penting moralitas dengan memberi waktu khusus untuk menangani
urusan moral (Lickona, 2013: 415).
3. Usaha
Pembentukan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
“Kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan yang tercangkup dalam kurikulum
yang dilaksanakan di luar mata pelajaran untuk mengembangkan bakat, minat,
kreativitas, dan karakter peserta didik di sekolah” (Novan Ardy, 2013: 110).
Lebih lanjut Novan Ardy menjelaskan
bahwa manfaat ekstrakurikuler dapat menekan angka kriminalitas dan menekan
angka pelanggaran norma, serta menambah pengalaman, teman, dan ketrampilan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan ekstrakurikuler mempunyai
kontribusi dalam pembentukan karakter siswa.
4. Usaha
Pembentukan Karakter Melalui Sosialisasi dalam Organisasi
Salah satu potensi yang menjadi
aset generasi muda adalah potensi kepemimpinan. Oleh karena itu perlu
direkayasa kondisi pendidikan yang memberikan peluang berupa tugas, tantangan,
persoalan, dan situasi yang dapat mengaktualisasikan potensi kepemimpinan dan
perilaku berorganisasi siswa. Dapat dilakukan dengan memberikan penciptaan
kesempatan yang luas untuk dapat berlatih kepemimpinan dan organisasi, hal ini dianggap
penting karena akan terjadi interaksi efektif antar siswa (Deni Damayanti,
2014: 65).
5. Usaha
Pembentukan Karakter Melalui Kreativitas Siswa
Kreativitas merupakan ranah
psikologis yang cukup kompleks dan multidimensi. Lingkungan merupakan basis
pertama yang banyak mempengaruhi terhadap kreativitas anak. Pola pendidikan
yang berpengaruh terhadap kreativitas siswa adalah dengan: tegas yaitu dalam
mengarahkan dan memberi contoh yang baik kepada siswa, demokrasi yaitu dengan
cara musyawarah dan berdiskusi, preventif dan permisif yaitu
berkaitan dengan bakat atau potensi kecerdasan anak dalam hal ini orangtua
hanya mengontrol bakat anak sehingga terbangun sikap kreativitas dalam hidup
yang penuh dinamika (Anas Salahudin, 2013: 297).
6. Kartu
Mutabaah (Monitoring) sebagai Usaha Pembentukan Karakter
Dengan kartu Mutabaah dapat
bermanfaat untuk meningkatkan diri, memotivasi niat, untuk menanamkan
pembiasaan kepada siswa dalam memelihara, menumbuhkan keimanan. Melalui kartu
ini, minimal guru dapat memonitoring aktivitas siswa dalam kehidupan
sehari-hari dengan bantuan wali murid, teman, dan masyarakat sekitar (Abdul
Majid, 2012: 206).
7. Pembentukan
Karakter melalui Peningkatan Budaya Baca Tulis
Membaca dan menulis adalah kegiatan
yang berhubungan dengan transfer pengetahuan, pengkhayatan kosakata sebagai
pintu masuk untuk menjelaskan dunia. Semakin siswa banyak membaca, mereka akan
mengetahui dunia kehidupan, tahu asal usul sejarah, dan itu akan membentuk
karakter mereka. Karakter individu dibentuk saat orang melakukan tindakan
membaca karena kegiatan itu memungkinkan banyak jalan untuk melihat diri
sendiri dari membayangkan dunia yang dikisahkan dalam tulisan yang dibaca
(Fatchul, 2011: 328).
Assaalamu"alaikum.wr.wb mb....perkenalkan nama saya novita. saya orang brebes dan kebetulan nenek saya orang purwokerto lhoooo...begini mb, saya sedang proses menyelesaikan proposal tesis saya. dan kebetulan membahas yang hampir sama dengan skripsi mb. saya kesulitan untuk mencari bukunya karena tidak ada judul yang tertera. kalau diperkenakan bolehkah saya meminta soft file skripsi mb sebagai bahan acuan saya?mohon maaf sebelumnya.. terimakasih atas bantuannya mbak.. salam
BalasHapusMbak saya mau tanya ... !?? Apakah mbak punya tentang indikator perkembangan karakter anak ??
Hapusini pake emailnya suami mbak.jadi namanya cwo. hehehe
BalasHapusini pake nama email suami mbak,. jadi namanya cwo. heheheh
BalasHapusoiy ini nmr hp saya mbak.. 085742082209. mohon bantuannya ya mbak.. butuh bangeett niieehhhhhhh :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssaLamualaikum si...
BalasHapusDaftar Rujukannya mana ya sis kok gak disertakan skalian..
Tolong disertakan juga ya sis coz butuh banget..
kebetulan pembahasan tesis saya juga tentang karakter..
klo boleh minta soft copynya sis, klo berkenan kiranya sis sudi berbagi via email ke syukronamien48@gmail.com..
terima kasih sbelum.nya sis...
bagus bisa dijadikan reverensi
BalasHapus