PEMBAHARUAN
DI MESIR
STUDI
KASUS TERHADAP MUH. ALI PASHA & RIFA’AH
AL
TAHTAWI
Disusun
dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Individu
Mata
Kuliah: PPMDI
Dosen
Pengampu: Arsam, M.S.I
Oleh:
Zian Febrian
102331135
5
PAI 3
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2012
BAB
1
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui sekarang ini, bahwasannya
bangsa Barat maju dalam berbagai bidang. Dan itu semua karena mereka tahu bagaimana
cara meningkatkan mutu dan kekuatan Islam.Yakni dengan adanya
pembaharuan-pembaharuan, baik dari segi pemikiran ataupun dari segi tatanan
pemerintahannya.
Pembaharuan dalam Islam timbul dalam masa periode
sejarah Islam yang disebut Modern dan mempunyai tujuan untuk membawa umat Islam
pada suatu kemajuan. Periode Modern dimulai pada tahun 1800 M hingga sekarang.
Periode ini adalah zaman pengupayaan kebangkitan umat Islam dari kemunduran
berpikir, berbudaya nilai-nilai. Atas dikuasainya Mesir oleh Perancis membuat
umat Islam sadar bahwa selama ini mereka telah mengalami kelemahan dan
kemunduran.
Yakni, pada abad 18 (abad kegelapan) sejarah Islam inilah
terjadi banyak perpecahan yang terjadi
dalam pemerintahan serta kemerosotan secara umum di dunia Islam. Salah satunya
adalah Mesir. Yang mana merupakan tempat para pejuang Islam merapatkan barisan dalam mengejar
ketertinggalan dan membendung berbagai
pengaruh hitam. Dan disinilah banyak tokoh pembaharu yang terlahir yang sampai
saat ini pengaruhnya masih berbekas khususnya di dunia Islam.
Oleh karenanya, untuk mengetahui bagaimana keadaaan
dan pembaharuan apa saja yang dilakukan oleh
para tokoh pemikir modern dalam Islam dalam usaha memajukan Negaranya, maka dalam makalah ini
akan sedikit dibahas mengenainya. Yakni Pembaharuan yang dilakukan oleh Muh Ali
Pasha dan Rifa’ah Al Tahtawi di Mesir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dana dapat
menambah khasanah keilmuan kita, Amin.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Muhammad
Ali Pasha
a.
Biografi
Muh. Ali Pasha
Muh Ali Pasha lahir di Kawallah, Yunani,
pada tahun 1763. Beliau seorang keturunan Turki dan meninggal di Mesir pada
tahun 1849. Pasha, adalah istilah Turki sebagai gelar atau jabatan tinggi
militer & sipil. Ia tetap digunakan di negara-negara Arab dengan pengertian
sebuah otoritas sipil, seperti gelar penguasa regional.[1]
Kehidupan
masa kecilnya dihabiskan untuk membantu orang tuanya, dan tidak sempat
mengenyam pendidikan. Pada usia dewasa ia bekerja sebagai pemungut pajak &
juga pedagang tembakau. Dan karena keberhasilannya, ia kemudian diangkat
sebagai menantu oleh salah seorang gubernur Ustmani. Selanjutnya ia masuk dinas
militer dan karirnya terus naik. Ketika
pengiriman pasukan ke Mesir, diangkat sebagai wakil perwira yang mengepalai keberanian
yang luar biasa dan segera diangkat menjadi kolonel. Ketika tentara Mesir ke
luar dari Mesir pada tahun 1801, Muhammad Ali turut memerankan peranan penting
dalam kekosongan politik akibat hengkangnya tentara Perancis.
Beliau diberikan kepercayaan sebagai pemimpin
militer pada Era Turki Utsmani dan menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggan
negara Mesir, terutama dalam merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara
industri dan modern. Bahkan orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai seorang
pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak berbahasa Arab, namun
keinginannya untuk membangun dan meningkatkan sumber penghasilan ekonomi bagi
negara Mesir sangat besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak
mampu menandingi pahlawan-pahlawan yang sezaman dengannya.
b.
Pembaharuan
Muh. Ali
1) Bidang
Militer, yakni seperti mengundang para ahli militer Barat. Salah satu
diantaranya seorang perwira Perancis, Seve Kolonel, untuk melatih angkatan
bersenjata Mesir dan juga mengirim misi ke luar negeri (Eropa) guna mempelajari
ilmu kemiliteran.
2) Bidang
Pendidikan, yakni seperti: dibentuknya Kementrian Pendidikan dan
lembaga-lembaga pendidikan untuk pertama kalinya di Mesir, dibuka sekolah
militer (1815), sekolah teknik (1816), sekolah ketabiban (1836), sekolah apoteker
(1829), sekolah pertambangan (1834), sekolah pertanian (1836) dan sekolah
penerjemahan (1836), selain itu juga mengirimkan siswa-siswa untuk belajar ke
Itali, Perancis, Inggris, dan Austria antara tahun 1823-1844 ada sebanyak 311
pelajar yang dikirim ke Eropa.[2]
3) Bidang
ekonomi, yakni seperti: dampak perkembangan ekspor kapas ke negara Eropa,
wisatawan asing juga turut menyumbangkan pendapatan bagi devisa negara.
4) Bidang
IPTEK, yakni seperti: siswa yang diutus mampu menguasai ilmu pengetahuan Barat,
yang selanjutnya nanti mampu dikembangkan dan direalisasikan di Mesir.
5) Bidang
sosial, yakni seperti: mengubah pengaturan administrasi bagi penduduk desa dan
kota dengan sistem yang lebih modern, Pembangunan prasarana masyarakat umum mulia digalakkan, seperti pembangunan
Rumah Sakit, sekaligus mendatangkan beberapa spesialis untuk menangani
problematika penduduk setempat.
Usaha
terhebat lainnya adalah dengan terselesaikannya pembangunan sebuah terusan kuno
yang menghubungkan antara Alexandria dengan sungai Nil. Upaya tersebut diawali
dengan penggalian yang mengerahkan kurang lebih 100.000 petani Mesir. Dari
hasil tersebut meningkat pulalah pusat irigasi tahun 1813-1830 hingga 18 %,
yang sebelumnya proyek irigasi inisangat lemah dan kurang menguntungkan
terlebih ketika awal kepemimpinan.[3]
Gerakan
pembaharuan yang dibawanya telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
Barat kepada umat Islam, dan sampai pada suatu waktu dapat menyingkap awan
hitam yang menyelimuti pola pikir dan sikap keagamaan, yang sekaligus menjadi
awal kelahiran para tokoh muslim.
Muhammad Ali sangat yakin bahwa satu-satunya
jalan bagi kebangkitan umat adalah meniru peradaban modern yang menjadi panutan
peradaban dunia. Kaum Muslim tidak dapat diharapkan kecuali jika mereka
mengambil pemikiran masyarakat Barat yang dinamis dan tidak statis.
2.
Rifa’ah
Al Tahtawi
a.
Biografi
Nama
lengkap beliau adalah Rafa’ah Bey Badawi Al Tahtawi, lahir di kota Tahta
(dataran tinggi Mesir) pada masa pemerintahan Muhammad Ali, yaitu pada tahun
1802 M. Orang tuanya dari kaum bangsawan, tetapi sedikit pengalaman. Namun
keluarganya yang tradisi keagamaannya kuat itu menjadikan Al Tahtawi tekun
mempelajari Al Qur’an sejak kecil. Ketika berumur 16 tahun, ia pergi ke Kairo
untuk belajar di Al Azhar. Karena ketekunan dan ketajaman pikiran Al Tahtawi,
gurunya (Syekh al Attar) selalu memberikan dorongan agar selalu menambah ilmu
pengetahuan. Hingga akhirnya pada tahun 1824 M mendapat gelar “Master” pada Egyptian Army di Mesir, dan bahkan
mengajar di Al Azhar selama 2 tahun, yang kemudian diangkat menjadi imam
tentara di tahun yang sama, yang kemudian 2 tahun setelah itu dia dingkat
menjadi imam mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muammad Ali ke Paris. Dan selama
5 tahun ia berada di sana dia turut pula belajar bahasa Perancis, hingga dapat
menerjemahkan sejumlah 12 buku & risalah, diantaranya risalah tentang
sejarah Alexander Macedonia, buku-buku mengenai pertambangan, ilmu bumi, akhlak
dan adat istiadat berbagai bangsa, risalah tentang ilmu teknik, hak-hak
manusia, kesehatan jasmani dan sebagainya. Hingga sampai-sampai karena tekadnya
yang begitu kuat, sekembalinya dia dari Paris dia bermaksud untuk meng-Eropakan
Mesir. Yang salah satunya dia mendirikan lembaga penerjemahan yang disebut
sekolah Bahasa, menerjemahkan sekitar 20 buku berbahasa Perancis dan mengedit
puluhan karya terjemahan lainnya. Sebagian besar buku-buku yang disupervisinya
adalah buku-buku sejarah, filsafat, dan ilmu kemiliteran. Buku penting yang
karya filsuf Prancis Montesque.Dan salah satu bukunya yang masih dapat
dinikmati sampai saat ini , yakni yang berjudul Talkhish al-Ibriz fi Talkhish Bariz.[4]
b. Pembaharuan Al Tahtawi
Ø Bidang
Pendidikan: Menemukan ide-ide mengenai pendidikan dalam buku yang ditulisnya,
yakni pendidikan itu harus ada kaitannya dengan masalah-masalah masyarakat dan
lingkungannya. Menurut beliau, ada 2 pokok yang dinilai penting yakni bahwa
pendidikan harus bersifat universal dan emansipasi wanita. Selain itu,
kemahirannya dalam Bahasa Arab dan Perancis menjadikannya mampu menerjemah
beberapa pemikiran dan ilmu pengetahuan peradaban Perancis.[5]
Ø Bidang
ekonomi: mengajukan ekonomi, yang dalam hal ini bergantung pada pertaniannya.
Ø Bidang
kesejahteraan: kesejahteraan umat Islam harus diperoleh atas dasar melaksanakan
ajaran agama, berbudi pekerti baik dan ekonomi yang maju.
Ø Bidang
pemerintahan: Mengetahui kemajuan Perancis dalam kebebasan beserta
perangkat-perangkatnya, baik undang-undang, perwakilan (parlemen), dan hukum.
3.
Analisis
Pembaharuan
yang telah dilakukan oleh kedua tokoh di atas adalah sama baiknya, yakni
keduannya membawa dampak baik kemajuan peradaban suatu Negara. Yakni: Muhammmad
Ali Pasha, yang melakukan pembaharuannya melalui berbagai bidang. Namun yang
paling sentral adalah dalam bidang militer. Menurutnya, pembaharuan suatu
negara adalah dilihat dari militernya. Ketika militernya baik maka akan
menjadikan negara tersebut menjadi maju. Selain itu, Muh. Ali juga berpendapat,
bahwasannya kekuasaan dapat dipertahankan hanya dengan dukungan militer yang
kuat yang dibentuk melalui ekonomi dan pendidikan.
Kendatipun
pembaharuannya terlihat seperti dalam hal kedunian saja, namun dengan
terangkatnya kehidupan dunia umat Islam ini, menjadikan terangkat pula keagamaanya, yang nantinya dengan
begitu pembaharuan ini bisa menjadi penerus bangsa.
Sementara
itu, tidak jauh berbeda, Rifa’ah Al Tahtawi juga mengadakan pembaharuan. Yakni melalui
bidang pendidikan. Seperti: dengan usaha-usaha yang beliau lakukan dan
kembangkan adalah menerjemah buku dan mendirikan
sekolah-sekolah. Sehingga dapatlah diketahui bahwasannya, Al Tahtawi sangatlah menjunjung
tinggi sekali pendidikan itu.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø Muh.
Ali Pasha adalah seorang tokoh dari Kawalla, Mesir yang mengadakan pembaharuan
bagi Negaranya, yang mana dengan pembaharuan yang beliau buat adalah menjadikan
peradaban Negara maju dan jauh dari ketertinggalan zaman. Beliau mengadakan
pembaharuan melalui berbagai bidang, yakni salah satunya yang paling menonjol
adalah melalui militer. Beliau beranggapan bahwa kekuasaan hanya dapat
dipertahankan melalui dukungan militer yang kuat.
Ø Sementara
itu, Rifa’ah Al Tahtawi, seorang tokoh Mesir mengadakan pembaharuan bagi
Negaranya itu melalui Pendidikan. Beliau sangat menjunjung tinggi Pendidikan.
Yang mana menurut Beliau, bahwa melalui Pendidikanlah, Negara itu akan dapat
berkembang maju. Ini terbukti dengan
usaha-usahanya yakni pendirian sekolah-sekolah, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
Husain Amin.1995. Seratus Tokoh dalam
Sejarah Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya
Imarah,
Muhammad. 2007. 45 Tokoh Pengukir Sejarah.
Solo: Era Intermedia
Smith,
Huston. 1996. Ensiklopedi Islam.
Jakarta: Pustaka Pelajar
Duniacemoro.wordpress.com/2012/07/24/gerakan-modernisme-mesir-m-ali-pasha-rafi-al-tahtawi
[1] Huston Smith, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Pustaka
Pelajar), 1996, hal 310
[3]
Duniacemoro.wordpress.com/2012/07/24/gerakan-modernisme-mesir-m-ali-pasha-rafi-al-tahtawi.
[4] Husain Amin Ahmad, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam,
(Bandung: Remaja rosda karya), 1995, hal. 282
[5] Muhammad ‘Imarah, 45 Tokoh Pengukir Sejarah,
(Solo: Era Intermedia), 2007, hal. 183.